Oleh : Tubagus Soleh
(Ketum DPN Babad Banten)
Sangat lucu,pesta
demokrasi yang menghamburkan duit rakyat puluhan Milyar hanya untuk mencoblos
kotak kosong. Padahal harapan rakyat sangat membuncah untuk benar-benar bisa
berpesta dan bergembira dalam menentukan benar-benar pemimpinnya. Kita sudah
sepakat dalam menentukan kepemimpinan politik di negeri ini dengan cara
berdemokrasi. Siapa yang mendapatkan suara terbanyak dari rakyat dialah yang
menjadi pemimpin politik atau pemerintahan. Namun dalam proses untuk menjadi
pemimpin politik tidak se indah yang tertera dalam teori-teori demokrasi.
Yang paling lucu
adalah ketidakberanian Parpol dalam mengusung Tokoh alternatif atau setidaknya
kadernya sendiri untuk diperjuangkan menjadi pemimpin politik. Padahal
sesungguhnya parpol memiliki tanggungjawab penuh untuk melahirkan pemimpin
bangsa. Malah yang kita liat parpol beramai-ramai mengusung satu calon secara
'bulat'. Aneh tapi nyata. Inilah anomali demokrasi kita. Khususnya di provinsi
Banten. Bayangkan tiga daerah di Banten rakyat harus memilih kotak kosong
sebagai pilihannya. Dan ini juga menegaskan kegagalan proses kaderisasi parpol
atau organisasi kemasyarakatan yang ada di Banten. Jika demokrasi adalah duit.
Maka tidak perlu kita bersusah payah menentukan kepala daerah di suatu
kabupaten atau kota. Kita sepakati saja pakai sistem neo monarki. Atau
kembalikan saja pemilihan bupati atau walikota seperti zaman orde baru,dipilih
oleh DPRD. Lebih simpel dan hemat budget.
Kenyataannya
Bupati,Walikota,Gubernur atau bahkan Presiden yang dihasilkan oleh sistem zaman
orba tidak kalah mencorong prestasinya dengan hasil Pemilihan Langsung era
reformasi. Yang paling penting dari demokrasi zaman orba adalah ancaman
distegrasi Nasional nyaris tidak ada. Sekalipun ada sedikit letupan2 kecil
tidaklah mengganggu keamanan secara nasional. Sedangkan dengan sistem Demokrasi
liberal yang dipertontonan saat ini merupakan pintu masuk bagi virus2 bangsa
yang suatu saat bisa merobohkan pilar bangsa kita yang berdasarkan pancasila
dan UUD 1945 sebagaimana yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.
Demokrasi bukanlah
sistem terbaik bagi bangsa kita. Para leluhur kita tidak pernah menggunakan
sistem politik demokrasi. Bahkan negara tempat demokrasi dilahirkan telah
bangkrut alias kolaps. Yang paling pas buat kita adalah sistem musyawarah
mufakat. Dan inilah yang sejak dulu kala menjadi pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara di nusantara.
Dengan kenyataan
politik saat ini,dimana duit menjadi panglima, bagi kita demokrasi sudah tidak
menarik lagi kita usung dan kita gembar gemborkan sebagai sistem terbaik
politik berbangsa dan bernegara. Kita harus kritis dan mempertanyakan sistem
demokrasi yang di pakai oleh bangsa ini. Tentu saja dengan cara yang sesuai
dengan mekanisme politik negara kita.
Kegagalan kontestasi
anak bangsa yang memiliki kapasitas dan kualitas bagus hanya karena tidak ada
duit membuat kita miris. Apalagi ada faktor arogansi kekuasaan yang tidak sehat
dengan cara 'memborong' parpol untuk dijadikan kendaraan pengusungnya. Dengan
sang pemborong sebagai calon satu satunya dalam pilkada. Ini kejadian lucu bin
aneh yang tidak waras.
Wajar saja bila
kemudian adanya penolakan dari kaum kritis yang membentuk perlawanan semisal
aliansi pilih dan coblos kotak kosong yang mulai bergerak. Kemuakan publik akan
terus mengental jika para elit parpol tidak mampu membaca tanda2 zaman yang
anomali ini. Siapapun akan kesulitan membendung kemuakan publik terhadap sikap
arogan kekuasaan dengan cara-cara tidak sehat dalam berpolitik. Seandainya
--dengan izin Sang Maha Kuasa-- kotak kosong yang menang dalam suatu pilkada
apa kata dunia? Berarti mencerminkan perlawanan rakyat sudah bergerak dan akan
terus membesar sampai pada titik nadhirnya. Sistem demokrasi sudah semestinya
kita evaluasi secara kritis. Karena demokrasi sudah berubah menjadi demokcrazy.
Klo begitu Kita Coblos aja kotak kosong. Why Not?
Thanks for reading & sharing BabadBanten.Com
0 komentar:
Posting Komentar